Decoloring Agent ( DCA )

Decoloring Agent ( DCA ) adalah polimer kuarter kationik, produk khusus untuk pengolahan warna air limbah. Bekerja dengan kinerja optimal pada air limbah dengan kadar warna yang tinggi seperti limbah tekstil, tinta, dan percetakan. Dengan memberikan sejumlah besar kation, muatan negatif yang dibawa pada molekul zat warna dapat dinmetralkan. Pada saat yang sama bekerja dengan baik jika diiringi penambahan sejumlah polimer anionik dan alum dalam mempercepat proses pembentukan flok. Ketika bercampur dengan pewarna, berfungsi sebagai destabilisator warna pada effluent sehingga diperoleh hasil yang lebih jernih. DCA juga dapat menurunkan kadar COD dalam air limbah hingga 70 %

Defoamer

Defoamer

Defoamer merupakan suatu zat kimia yang dapat mengurangi pembentukan busa dalam suatu proses larutan. Defoamer atau anti busa dapat digunakan untuk berbagai keperluan dan dengan berbagai bahan material, disesuaikan denghan peruntukannya. Misalnya minyak mineral tertentu, polydimethilsiloxane , dan beberapa produk dengan bahan dasar silikon. Memiliki viskositas yang rendah dan cepat menyebar kedalam busa. Dengan demikian akan men-destabilisasi permukaan busa sehingga busa menyusut dengan cepat

Poly Aluminium Chloride ( PAC )

Poly Aluminium Chloride ( PAC ) adalah salah satu bahan kimia aktif yang paling umum digunakan sebagai anti perspiran dan deodoran komersial. PAC juga digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan air dan pengolahan air limbah untuk menghilangkan bahan organik terlarut dan partikel koloid yang terdapat dalam suspensi. Selain dalam bentuk liquid, PAC juga tersedia dalam bentuk powder ( bubuk )

Anionik

Polimer Anionik

Polimer anionik merupakan salah satu jenis flokulan yang memiliki muatan negatif. Penambahan flokulan bertujuan untuk mengikat gumpalan- gumpalan yang terbentuk akibat penambahan koagulan (inti flok ) sehingga gumpalan yang sudah terbentuk sebelumnya bisa terbentuk lebih besar lagi dan dapat disaring / dipisahkan. Penambahan flokulan harus sesuai dengan dosis, apabila dosisnya kurang maka proses penggumpalan partikel koloid menjadi tidak sempurna, sedangkan apabila berlebih berakibat menambah kekeruhan pada air. Laju reaksi polimerisasi anionik relatif lebih lambat dibandingkan laju reaksi polimerisasi kationik, karena muatan negatif pada inisiator anionik dapat distabilkan oleh beberapa faktor lain. Ketika ion-ion tersebut telah stabil, mereka akan jadi kurang reaktif. Umumnya penggunaaan polimer anionik diaplikasikan pada larutan dengan karakteristik cair

Polimer Kationik

Polimer Kationik

Polimer kationik merupakan flokulan yang memiliki muatan positif. Laju reaksi polimerisasi kationik relatif lebih cepat dibandingkan reaksi polimerisasi anionik karena muatan positif pada inisiator kationik sulit untuk dapat distabilkan oleh beberapa faktor lain. Ketika ion - ion ini tidak stabil, mereka akan menjadi lebih reaktif. Pada umumnya penggunaan polimer anionik diterapkan pada larutan dengan karakteristik cenderung padat dan berlumpur

Ferro Chloride

Feri Klorida

Besi(III) klorida, atau feri klorida, adalah suatu senyawa kimia yang merupakan komoditas skala industri, dengan rumus kimia FeCl3. Senyawa ini umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Warna dari kristal besi(III) klorida tergantung pada sudut pandangnya: dari cahaya pantulan ia berwarna hijau tua, tetapi dari cahaya pancaran ia berwarna ungu-merah. Besi(III) klorida bersifat deliquescent, berbuih di udara lembap, karena munculnya HCl, yang terhidrasi membentuk kabut. Bila dilarutkan dalam air, besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Larutan ini juga digunakan sebagai pengetsa untuk logam berbasis-tembaga pada papan sirkuit cetak (PCB). Anhidrat dari besi(III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat, dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik